Rabu, 29 Juni 2011

The Clash of Civilization [1]

Kampung Blonotan terletak di jalan Wonosari Km 13, Piyungan, Bantul. Sejak hari Ahad, 5 Juni 2011 yang lalu, kampung Blonotan secara resmi telah menjadi tanah kelahiran salah satu anggota keluarga besar MTA dengan status Cabang.

Akses jalan untuk mencapai lokasi markas besar (mabes, maaf pak polisi) berkumpulnya orang-orang mengaji kitab suci Al-Qur’an ini, sangatlah mudah. Di utara jalan Wonosari kilometer 13, ada gedung BPD (Bank Pembangunan Daerah) Cabang Piyungan. Inilah satu-satunya gedung dengan dua lantai yang paling megah dan mewah di kawasan Kecamatan Piyungan. Tepat di Timur BPD ada gang masuk. Kurang lebih 200 meter ke arah Utara, ada gapura bertuliskan BLONOTAN. Di situ-lah Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) Cabang Piyungan, Kabupaten Bantul itu berada.

Akhir Januari 2011 yang lalu, sebuah fenomena alam berupa pola lingkaran misterius yang dikenal dengan corp circle ditemukan di lahan pertanian Sleman Yogyakarta. Tidak jauh dari lokasi yang menghebohkan inilah, kampung Blonotan berada. Ya, sekitar seperempat perjalanan atau dua kilometeran arah selatan dari lokasi yang konon adalah jejak makhluk asing UFO itu.

Bukan karena lokasi Dusun Blonotan yang dekat jejak makhluk asing UFO, kemudian Kampung Blonotan nebeng menjadi kampung terkenal. Apalagi dalam pekan-pekan terakhir ini, terendus isu bahwa jejak NII (Negara Islam Indonesia) ada di kampung yang letaknya diapit oleh persawahan ini.

Terlepas dari apakah kampung ini merupakan sel dari jaringan NII, itu tidak lah terlalu penting dan tidak perlu dipusingkan. Yang jelas, dengan status barunya sebagai Cabang, maka kampung Blonotan akan self confidence untuk memberikan kontribusi dengan semangat barunya, dalam upaya mereprentasikan era kebangkitan menuju tingkat keimanan yang lebih baik berbasis Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Blonotan hari ini adalah seperti kampung Kauman Yogyakarta satu abad yang lalu. Dari rahim kampung yang letaknya tak jauh dari keraton Yogyakarta Hadiningkrat ini, lahirlah seorang tokoh KH A Dahlan. Jejak-jejak kebaikannya bisa terlihat dengan jelas dari beragam amal usaha. Mulai dari ribuan sekolah, ratusan lembaga pendidikan tinggi dan balai kesehatan, termasuk rumah sakit, puluhan panti asuhan yang tersebar di seluruh Indonesia. Yang terjadi kemudian adalah, ketika Kauman disebut, persepsi yang muncul di benak banyak orang adalah wilayah hunian warga Muhammadiyah.

Blonotan hari ini adalah sebuah tempat, di mana Samuel Huntington (tolong dibetulkan kalau salah tulis namanya) pernah bersabda dalam tesisnya: ‘the clash of civilization’ (benturan peradaban). Di kampung ini, memang tidak sedang terjadi benturan peradaban antara Islam dan Barat sebagai background penulisan tesis sang ilmuwan itu. Akan tetapi yang terjadi di sini adalah benturan peradaban antara warga MTA yang sedang rajin mengusung pelurusan aqidah, di satu sisi.

Dan sisi lain, ada penduduk kampung (tidak hanya di Blonotan, tapi di seluruh pelosok negeri ini yang masih setia menyembah berhala agama “KATANYA”) yang mempertahankan nilai-nilai local wisdom berbasis agama ajaran nenek moyang. Suatu ajaran yang mencampuradukkan Islam rasa Hindu atau Hindu rasa Islam. Lalu, bila dua rasa itu dicampuradukan secara acak-acakan akan menjadi rasa yang sangat berbeda. Beda sekali rasanya. Namanya RASAIN LO.

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar