Minggu, 26 Juni 2011

RUMPUT TETANGGA LEBIH HIJAU [1]

A Little Zoo

Inilah kisah tetangga sebelah Timur saya di mana saya tinggal.

Di belakang rumahnya ada ayam kampung, ayam kate, menthok, burung dan entah apa lagi jenis binatang piaraan yang kemudian saya sebut sebagai a little zoo— kebung binatang mini, itu.

Masing-masing species binatang itu ditempatkan pada kandang yang berbeda. Pengelompokan seperti itu menyerupai kotak-kotak kerja pada sebuah kantor berdasarkan kompetensi dan kajian profesional.

Penempatan kandang ayam diletakkan pada teras belakang rumah, berdampingan dengan ayam kate yang bentuknya lebih kecil. Sementara kandang menthok di letakkan agak jauh dari rumah, dekat dengan comberan, tempat pembuangan air limbah. Di sanalah komunitas menthok itu beraktivitas. Jangan tanya baunya. Yang jelas, cara kerja mentok itu sendiri sudah jorok apalagi tempatnya.

Yang lebih istimewa adalah kandang burung, atau lebih tepatnya sangkar burung. Ia – si burung itu – memiliki privelege, semacam hak istimewa dari sang tuan. Istana burung yang disebut sangkar itu adalah mobile. Bisa bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Semacam benda portable, dan dengan itu si burung bisa menempati posisi penting maupun posisi favorit yang disukai sang tuan.

Bila malam tiba, si burung beserta sangkarnya dimasukkan ke dalam rumah bersama sang tuan. Inilah hak istimewa yang dimiliki si burung tadi. Memasuki rumah bersama tuannya artinya, ada sebuah kehangatan di sana. Karena merasa hangat, merasa nyaman, maka omelan itu – tepatnya kicauan, bukan tweet, lo – nyaris tidak terdengar. Mungkin, si burung sungkan, takut mengganggu istirahat sang tuan.

Sang pemilik a little zoo tahu persis, lokasi dan kompetensi masing-masing binatang klangenannya itu. Tidak jauh beda dengan kita – maksudnya manusia. Selalu ada perlakuan yang berbeda dalam klasifikasi itu. Ada yang dianak-tirikan, ada juga yang dimanjakan. Masing-masing perlakuan itu memiliki peluang untuk sebuah unsur SARA. Tapi untung-lah, di dalam dunia binatang tidak mengenal apa yang dinamakan HAB (Hak Asasi Binatang). Sepanjang pengetahuan saya, jarang terjadi — untuk mengatakan tidak ada — demo besar-besaran (semacam tabliq akbar, gitu) yang memperjuangkan hak-hak mereka, jamaah binatang itu.

Bila pagi tiba, suasana a little zoo sangatlah riuh. Seperti pasar atau terminal atau stasiun kereta api di saat jam pemberangkatan pertama. Suara ayam, menthok, burung berpadu jadi satu untuk cari muka (carmuk) di hadapan sang tuan. Masing-masing menyuguhkan lagu terbaik mereka. Masing-masing teriakan mereka mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda. Kalau di dunia manusia, mungkin semacam visi dan misi, begitu. Ini mungkin yang dinamakan demo ala binatang itu.

Di tengah suasana hiruk pikuk itu, sang bos, sang pemilik a little zoo itu, menyadari sepenuh hati, tuntutan anak buahnya bahwa saatnya mereka harus dikasih makan. Maka pesta sarapan pagi itu pun di mulai.

Apa yang menarik dari cerita di atas. Sepintas lalu tidak ada yang menarik. Tapi ada satu hal yang sangat fundamental. Yang fundamental itu adalah sesuatu yang tersembunyi di balik dada si bos, pemilik a little zoo itu.
(bersambung...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar