Minggu, 05 Juni 2011

Kisah Para Peluru (4)

2. Bapak Sahono

Harus diakui, bahwa sebagian warga MTA, khususnya yang belajar ngaji di MTA binaan Blonotan adalah mereka yang berangkat dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Bukan berarti warga MTA tidak memiliki apa itu bodyguard. Bodyguard yang saya maksud adalah mereka yang biasanya mengawal dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) agar tetap aman dan nyaman dari serangan musuh.
Serangan musuh ini bisa dari berasal dari laut, udara dan darat. Bodyguard yang saya maksud adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Repubilk Indonesia (POLRI). Dua institusi yang dulu di sebut Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), di MTA Blonotan punya dua nama aparat dengan bedil siap menyalak di tangan.

Dua nama aparat di darat itu adalah Bapak Sahono, yang sehari-hari berdinas di Kodim Piyungan dan Bapak Wandi yang saat ini aktif di Polresta Yogyakarta. Dan yang satu lagi adala Bapak Hadi Santosa, TNI-AU yang saat bertugas di udara Lanud Adi Sucipto. Saat ini, yang belum ada dari TNI AL. Harap maklum, karena letak geografis berada di tengah sawah. Untuk sementara ini, komposisi warga MTA Blonotan ini makin beragam dan sempuran.

Yang pertama, marilah kita berkenalan dengan Bapak Sahono. Bapak satu ini adalah seorang anggota TNI aktif, yang setiap hariya berdinas di Kodim Piyungn. Suatu hari, secara diam-diam, dengan caranya sendiri, dia pernah mengadakan semacam survey kecil-kecilan perihal eksistensi MTA di tengah masyarakat.

Dari hasil jajak pendapat yang dilakukannya, beliau memberi kesimpulan bahwa lima belas orang yang ditanya, hanya lima orang diantaranya yang mengetahui apa itu Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA). MTA di mata mereka adalah baik. Kesan yang muncul setelah ada dialog antara mereka menyimpulkan, bahwa MTA itu organisasinya solid, guyup, rukun dan disiplin. Tentang disiplin ini, satu diantaranya mempertanyakan masalah absensi jamaah. Lha wong ngaji saja kok diabsen. Tidak lumrah. Kayak bocah sekolah, wae, bisik mereka penasaran.

Ketika banyak orang yang mempertanyakan, menghina, dan bahkan menghujat keberadaan lembaga dakwah MTA, Pak Sahono memberikan tip dan strategi jitu dan mujarab.
“Sodorkan kalender MTA tahun 2010” kedua tangan Pak Sahono terangkat, seolah dengan itu ia ingin menunjukkan bahwa ia sedang memegang sebuah kalender, lalu beliau meneruskan ”Nih, foto pak SBY” jari telunjuk pak Sahono mengarah pada wajah sang presiden yang tampil perlente itu. Hanya satu tujuannya: meyakinkan banyak orang bahwa orang nomor satu — RI-1 yang diangkat secara sah dan menyakinkan sebagai pemenang pemilu 2004 ini, telah meresmikan sebuah lembaga dakwah bernama Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA).

Strategi dakwah ala pak Sahono ini boleh juga ditiru oleh warga MTA yang lain. Termasuk saya. Dengan cara itu, orang yang melecehkan dan memandang sebelah mata MTA akan mengalami kekalahan. Kalah 1:0.
Sekedar informasi saja, bisik-bisik dari tetangga, pak tentara kita ini rupanya telah mewakafkan sebagian tanahnya untuk markas kegiatan MTA di Blonotan.

Never ending fastabiqul khairat. (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar