Sabtu, 11 Juni 2011

Ritus Persalinan yang Mendebarkan (3)

Hikmah Di Balik Tragedi Purworejo

Dokter : “Selamat Ya. Bayi Anda telah lahir. Sehat dan Lengkap. Bayi Anda Kembar Enam.”

Warga MTA :“Terima kasih dok, Dokter telah membantu persalinan yang mendebarkan ini dengan lancar.

Dokter yang baik itu menulisakan beberapa kalimat pendek pada secarik kertas, yang bunyinya kurang lebih begini: Pada hari ini, Ahad, 5 Juni 2011, atas nama Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA), bertempat di Gedung Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), telah lahir enam bayi mungil dengan nama-nama sebagai berikut:

1. MTA Perwakilan Purworejo,
2. MTA Cabang Pituruh, Purworejo.
3. MTA Cabang Kasihan Kabupaten Bantul,
4. MTA Cabang Piyungan Kabupaten Bantul.
5. MTA Cabang Rongkop Kabupaten Gunungkidul.
6. MTA Cabang Nanggulan Kabupaten Kulon Progo.

Gedung Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu berdiri gagah dan angkuh. Keangkuhan dan kegagahan gedung dengan daya tambung 10 ribu-an lebih pengunjung ini, bisa terlihat sangat jelas pada beberapa batang pilar-pilar raksasa yang menghunjam ke bumi, dengan ketinggian menjulang. Seolah pilar-pilar itu adalah kaki-kaki raksasa yang mengambil sikap seorang pendekar Shaolin dengan formasi pasang kuda-kuda, yang siap mengawal saudara kandungnya (baca: warga MTA) dalam frekuensi yang sama, sama-sama dalam hal pelurusan aqidah. Sama-sama sebagai anak kandung Wahabi itu.

Dengan posisi sikap “welcome” — yang tak lain senyum adalah sedekah itu — kegagahan gedung berbiaya ± 13 milyar ini terasa nyaman ketika terik matahari semakin panas menggoreng tiap kepala warga MTA, yang tak kebagian duduk di dalam gedung. (Salah sendiri kenapa tidak datang sebelum Subuh?)

Inilah gedung “Sang Kakak” — silakan baca artikel Sang Adik itu bernama MTA — tempat persalinan agung itu terjadi. Gedung inilah, suatu saat, apabila bayi-bayi ini sudah besar akan senantias bertasbih: “wa tawasaw bil haqqi wa tawasaw bis sabr” (QS-103:3). Dengan tasbih itu, bayi-bayi ini akan tumbuh besar dan semakin besar.

After that, akan mampu mengguncang dunia dengan cara yang sudah dipakemkan Sang Dalang: “Wa qul jaa al haqqu wa zahaqal baatati(lu) innal baatila kaana zahuuqa(n)” (QS-17:81). Dengan mantap dan yakin, langkah-langkah kecil nan mungil sang bayi kembar ini, pasti dan pasti, akan banyak yang mengikutinya untuk dijadikan panutan bagi generasasi berikutnya (next generation). Inilah generasi yang akan digadang-gadang menggantikan generasi Gayusiana (tokoh paling licik dan licin pada awal abad 21 ini). Sebuah generasi yang pada hari-hari ini telah mencoreng wajah ibu pertiwi menjadi bopeng-bopeng.

(Bersambung...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar