Jumat, 17 Juni 2011

Harga Setetes IMan (6)

Bagaimana dengan Iman Warisan?

“Iman Perjuangan” dengan Iman Warisan bedanya sangatlah jauh. Bumi dan langit. ”Iman Warisan” terwaris dari orang tua kita secara langsung. Kita lahir Islam karena orang tua kita Islam. Namanya juga warisan, Begitu lahir “mak cenger”: bayi merah itu langsung di-adzani, lalu di-iqomati.
Sampai hitungan detik ke detik, hari ke hari, bulan ke bulan dan tahun ke tahun, ia — Iman Warisan itu — tumbuh dan berkembang dalam kemanjaan fasilitas dari orang tua-nya. Ia adalah iman dengan kesadaran penuh, lalu mengamini apa saja dan menurut saja apa yang diwariskan oleh kedua orang tua-nya.

Kalau saja kedua orang tua si bayi itu tinggal di sebuah rumah, di sebuah kampung bernama Muhammadiyah 3-K, harga keimanannya tidak ada yang perlu dipersoalkan. Sekedar mengingatkan saja lho, bahwa isitilah kampung Muhammadiyah 3-K itu merujuk pada sebuah tempat legendaris yang terdiri dari Kauman, Karangkajen, dan Kotagede. 3-K ini merupakan basis kekuatan utama pergerakan Muhammadiyah. (Ahmad Adaby Darban, 2000). Dengan kata lain, kampung 3-K ini sudah bersih dari berbagai praktek keagamaan dan kegiatan budaya yang oleh Muhammadiyah dikategorikan sebagai perbuatan tahayul, bid’ah dan churafat (TBC movement, pen).

Bagaimana kalau iman warisan itu tumbuh dan berkembang di luar kampung Muhammadiyah 3-K. Kampung outer circle (lingkaran luar) Muhammadiyah 3-K ini adalah kampung dengan segudang kegiatan bernuansa Islam rasa Hindu. Islam rasa Hindu ini dengan kata lain adalah ada ritual-ritual khusus yang sesungguhnya laisa minal Islam, antara lain bernama: pendake, nyatuse, nyewune dan kawan-kawan sejeninya, yang pokok-e (pokoknya) dan jarene (katanya) si embah-embah.

Andai saja di wilayah zona aman (comfort zone) pada distrik outer circle Muhammadiyah 3-K, iman warisan itu tidak berbenturan dengan sebuah tanda tanya besar: [?], maka keimanannya itu patut dipertanyakan (QS-29:2-3).
Untuk memandu apakah barang paling mewah berupa IMAN itu, baterainya pada posisi empty, low, middle, atau bahkan full. “Test case” nukilan kisah seorang cewek genit, usil and bandel berikut ini patut disimak. Sebab boleh jadi kisah ini menjadi alat bantu (barometer) untuk kemudian angkat tangan trus bertanya dengan dada penasaran: kenapa setiap kali memasak sang Bunda selalu memotong ekor dan kepala ikan? Ia — cewek bandel bin usil — meneruskan rasa penasarannya itu dengan tidak hanya bertanya pada ibunya, tapi juga kepada neneknya bahkan buyutnya. Untuk apa? Untuk arti sebuah adrenalin berupa penasaran itu sendiri.

Adrenalin penasaran yang diyakini cewek itu sebut saja dengan “challenge what we know”. Semacam menelisik apa yang selama ini menjadi hantu atau roh gentayangan dan kepenasaran itu. Yuuk kita simak aja kisahnya berikut ini.

Konon ada seorang cewek yang penasaran bukan alang kepalang. (Perhatian: alang kepalang bukan nama binatang lho, tapi kembaran dari pusing tujuh keliling) kenapa setiap memasak ikan, sang bunda selalu memotong ekor dan kepala ikan. Bukankah memotong ekor dan kepala ikan yang dibuang percuma itu tindakan mubazir?

Si cewek bertanya kepada ibunya,” Bu, kok kepala dan ekor ikan dibuang sih? Kan Sayang? Ibunya tersenyum, “pertanyaan bagus nduk. Karena ibu juga tidak tahu jawabannya. Loh kok bisa? Ternyata ibunya melakukan itu hanya karena kebiasaan turun temurun dari leluhurnya.

Karena penasaran, si cewek datang ke rumah neneknya. Dengan cara yang sama, sang nenek melakukan hal yang sama seperti sang bunda. Sudah bisa ditebak, nenek buyut pun tak tahu alasannya kenapa ekor dan kepala ikan mesti dipotong. Jawabanya sama: Itu hanya kebisaan turun-temurun dari leluhurnya. Al-hasil rasa kepenasaran si cewek semakin besar

Si Cewek tak patah arang. Ia terus mencari jawaban atas pertanyaan: kenapa ekor dan kepala ikan harus dipotong ketika dimasak. Akhirnya, dia mendatangi sang nenek buyut. Masih dengan cara yang sama, sang nenek buyut melakukan hal yang sama pula seperti sang nenek. Sudah bisa ditebak, nenek buyut pun tak tahu alasannya kenapa ekor dan kepala ikan mesti dipotong.

Apakah adrenalin kepenasaran cewek itu berhenti sampai di sini atau di situ?

Ternyata tidak!

(bersambung...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar