Jumat, 03 Juni 2011

Kisah Para Peluru (2)

Pada sisi tertentu jelas mengganggu. Mengganggu bapak dan ibuny atau orang tuanya yang berasyik mansyuk, sedang konsentrasi dan khusuk menyimak penambangan atas eksplorasi kekayaan ilmu yang berserak di ladang ilmu Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA). Tapi dengan cara itu pula, dengan cara berbaur dalam satu mangkuk kebersamaan ini, anak-anak dilatih membiasakan diri dalam satu bait puisi bernama cinta Al-Qur’an.

Dengan yang sama pula, acara ini akan bisa menambah a cup of comfort kenikmantan kekeluargaan. Lalu sepersekian detik berikutnya akan naik satu oktaf keasyikan menuju arah aluran musik bernama ‘semranak’, dalam satu ikatan majlis pengajian. Jadilah majlis ini bukan pengajian, tapi sebuah majlis pengajian keluarga yang penuh hormone, penuh kedamaian, dan penuh keterharuan.

Jadi (sekali lagi: jadi) pengajian ini pada derajat tertentu adalah pengajian aliran sesat. Bukan aliran sesat yang banyak dituduhkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab itu. Arti sesat disini adalah tersesat ke dalam kebenaran ilahiah, sebuah kebenaran mutlak yang membuat orang semakin tersesat, tidak tahu jalan keluar dari kenikmatan ketersesatannya.

Mereka yang tersesat ini tidak tahu lagi, ke arah mana mereka harus kembali. Kembali ke suatu arah yang dulu pernah menjadi comfort zone mereka. Comfort zone (zona nyaman) itu bisa berupa: merokok itu nikmat, nimbrung di acara gendurenan atau slametan itu juga nikmat, karena pulang dapat brekat, dan lain-lain dan seterusnya.

Inilah sebagian kisah-kisah mereka: (bersambung..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar