Sabtu, 25 Juni 2011

There’s No Free Lunch [4-tamat]

“Sesungguhnya Islam itu pada mulanya datang dengan asing (tidak umum),
dan akan kembali dengan asing lagi seperti pada mulanya datang.
Maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing“.
Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu ?”.
Beliau bersabda, “Mereka yang memperbaiki dikala rusaknya manusia”.
Dan di lain riwayat beliau ditanya (tentang orang-orang yang asing).
Beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang menghidup-hidupkan
apa-apa yang telah dimatikan manusia daripada sunnahku”.
[HR. Muslim, Ibnu Majah dan Thabrani]

Yang dimaksud dengan ‘ghuroba’ (asing, aneh, alien) pada kutipan hadist di atas, secara bodon (baca: bodoh menurut saya) adalah warga MTA. Gerakan yang nyaris sama dan sebangun dengan gerakan untuk kembali ke Al Qur’an dan As-Sunnah. Mereka ini memiliki kesamaan visi dan misi yang sama dalam memandang hal yang dinamakan “laisa minal Islam: yakni TBC, Takhayul, Bid’ah dan Churafat” itu.

Mereka yang memiliki karakterisitk meninggalkan amal-amal “laisa minal Islam itu sebagai ‘The Big Brothers’ (kang mas-e MTA, saudara tua). Mereka adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH.Ahmad Dahlan, Persis yang didirikan oleh KH. A.Hasan dan Al Irsyad yang ditokohi oleh KH Ahmad Syurkati. Di luar itu, masih ada lagi gerakan-gerakan salafi yang fundamentalis, dengan ciri-ciri jenggot dengan gamis lengkap dengan celana jongklangnya.

Dibanding dengan ‘The Big Brothers’, umur MTA memang terbilang masih muda, masih kenes, masih imut-imut, masih innocent. Akan tetapi dibalik ke-imut-imut-annya, justru banyak tangan-tangan jahil, tangan usil dan nakal, ingin menjahili plus menggoda keimutannya dan ke-innocent-nya itu.

Bagi mereka yang gemes: iih… gemes deh, biasanya tindakan lanjutan dari spontanitas itu adalah mencubit atau mencawil. Atau bahkan karena saking gemesnya, ada lho yang sampai mencuri-curi ingin menciumnya!

Ngak percaya!!!

Mari bertanya kepada SuaraMerdekaCybernews|Suara Banyumas tanggal 01/04/11 yang lalu. Dengan redaksi yang agak saya selengwengkan, biar menjadi lebih improvisatif, bunyinya mungkin menjadi begini:

Menurut Koran itu (masih menurut versi saya lho), MTA itu sejanis makhluk hidup yang sangat menggemaskan. Oleh karenanya, ia wajib dicubit. Dicubit karena dua hal. Sayang banget atau benci banget (benci tapi rindu, ya). Entah potensi antara sayang dan benci itu lebih condong ke mana. Saya tidak tahu persis. Yang tahu persis, tentunya yang mencubit itu, ‘kan.

Karena yang lebih tahu itu si pencubit, mari kita baca kembali cubitan di bawah ini. Silakan menebak sendiri, potensi sayang dan benci ini lebih condong ke mana:

“Para Kiai merasa keberatan dengan materi dan metode pendekatan yang dilakukan MTA dalam melakukan dakwah. Pasalnya, MTA tidak menghormati perbedaan fiqhiyah, cenderung melecehkan ajaran kelompok lain, provokatif, menyebarkan kebencian, dan permusuhan di kalangan umat Islam, sehingga mengganggu ketenteraman dan keharmonisan umat beragama di Purworejo”.

Untuk mempertegas atau tepatnya melegitimasi sejumlah kegemasan itu dibuatlah arena atau ajang pencubitan. Ajang pencubitan itu bernama Rakor. Rakor ini dimoderatori Kepala Kemenag Drs H Khozin Sukardi dihadiri Assek III Drh H Abdul Rahman mewakiliki bupati, Kasdim Mayor Inf Deny Kartiwa, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Purworejo KH Abdullah Syarqowi, Ketua Forum Komunikatan Umat Beragama (FKUB) KH Junaedi Jazuli, Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Purworejo H Dandung Danadi, Kabag Kesra Setda Purworejo Drs Bambang Susilo, perwakilan Polres, serta perwakilan Kesbangpolinmas.

Tidak cukup sampai di situ. Untuk menimbulkan kesan triple effect: angker, gagah dan berwibawa, dibuatlah cubitan yang lebih keras dan lebih berkelas. Biar Lebih membekas, dengan maksud si imut ini lebih keras tangisannya.

Cubitan keras ‘en berkelas itu adalah surat PCNU bernomor: PC.11.32/04/D/III/2011 yang berisi pernyataan sikap tersebut. Surat tersebut juga ditandatangani para kiai khos di Purworejo. Mereka yakni KH Jakfar Samsuddin pengasuh pesantren Al Falah Lugosobo, KH Dawud Muchlas (PP Al Muttaqin), KH Dawud Maskuri (PP Ma'unah Plaosan), KH Thoyfur Mawardi (PP Darut Tauhid), KH Habib Hasan Al Ba'bud (PP Al Iman Bulus), KH Abdullah Syarqowi (PP Al Irsyad), KH Chalwani Nawawi (PP An Nawawi), KH Nashihin CH (API Winong Kemiri), dan KH Much Atabik (PP Ash Shiddiqiyah).

Apakah si Imut nan menggemaskan ini dan itu (MTA dong maksudnya) akan menangis? Ya tentu saja menangis. Manusiawi-lah. Dan itu sehat dan menyehatkan.

Di tengah lelahan air matanya itu, si imut nan menggemaskan ini dan itu berlari menuju suatu tempat. Tempat itu adalah Hadist Qudsi yang berbunyi:

Dari Abu Hurayrah r.a., katanya: Bersabda Rasulullah Saw.: “Berfirman Allah Yang Maha Agung: “Aku berada dalam sangkaan hamba-Ku tentang Aku, dan Aku bersama-nya ketika ia menyebut Aku. Bila ia menyebut Aku dalam dirinya, Aku menyebut dia dalam Diri-Ku. Bila ia menyebut Aku dalam khalayak, Aku menyebut dia dalam khalayak yang lebih baik dari itu.

Bila ia mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku mendekat kepadanya satu hasta. Bila ia mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku mendekat kepadanya satu depa. Bila ia datang kepada-Ku berjalan kaki, Aku datang kepadanya berlari-lari.”
[HR Al-Bukhari, Muslim, Ibn Majah, At-Tirmidzi, Ibn Hanbal]

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar